1.
Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan
A. Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri atau sering disebut
adaptasi yaitu suatu proses individu dalam melekatkan diri terhadap lingkungan.
Individu dituntut untuk mengikuti segala sesuatu seperti aturan yang berlaku di
dalam suatu lingkungan. Sebetulnya definisi untuk penyesuaian diri ini sangat
luas. Seperti terdapat pendapat dari ahli seperti menurut Fromm adaptasi dapat
dibedakan menjadi dua yakni adaptasi statis dan adaptasi dinamik. Adaptasi
statis digunakan untuk perubahan kebiasaan yang sederhana, contohnya orang yang
pindah dari satu kota ke kota lain. Sedangkan adaptasi dinamik itu adalah
situasi dimana seseorang menerima hal-hal meskipun menyakitkan, contohnya
seorang anak laki-laki tunduk kepada perintah ayah yang keras dan mengancam.
Menurut psikologi sendiri,
penyesuaian diri memiliki banyak arti, antara lain pemuasan kebutuhan,
keterampilan dalam menangani frustasi dan konflik, ketenangan pikiran/jiwa,
bahkan pembentukan simtom. Penyesuaian diri bersifat relatif karena
berbeda-beda dengan norma sosial dan budaya serta individu itu sendiri
berbeda-beda dalam tingkah laku. Kriteria lain dalam penyesuaian diri yang baik
adalah pengendalian diri sendiri yang berarti orang mengatur impuls-impuls,
pikiran, kebiasaan, emosi dan tingkah laku berkaitan dengan prinsip yang
dikenakan pada diri sendiri. Standar penilaian yang baik dari tingkat
penyesuaian diri adalah pengendalian diri sendiri. Orang yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memiliki respons-respons yang
matang, efisien, memuaskan dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotic adalah
orang yang sangat tidak efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara
lengkap.
Sedangkan
menurut Kartono (2002) Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk
mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa
permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan emosi negatif
sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien dapat dihilangkan..
Adapun terdapat beberapa faktor -
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu:
1. Faktor
Biologis
Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota
tubuh yang utuh seperti kepala, tangan , kaki dan lainya. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada
warisan biologis yang bersifat khusus. Artinya, setiap individu tidak semua ada
yang memiliki karakteristik fisik yang sama.
2. Faktor Geografis
Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa
kebaikan pula pada penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu
bisa berjalan dengan baik dan mencimbulkan kepribadian setiap individu yang
baik juga. Namun jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan
baik dengan individu yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak
baik pula.
3. Faktor Kebudayaan Khusus
Perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi kepribadian
anggotanya. Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat
yang memiliki kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama
juga.Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan
sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi
suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang
sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
B.
Penyesuaian
Diri
Pertumbuhan adalah proses yang
mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof.
Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang
terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi
sebelumnya.
Carl Rogers (1961) menyebutkan 3 aspek yang
memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
·
Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri,
atau menyadari kenyataan.
·
Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa
kecuali.
·
Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau
berempati terhadap orang lain.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan personal :
a.
Faktor
biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang,
kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
b.
Faktor
geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian
seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal
seseorang.
c.
Faktor
budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting
dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan
kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu
yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
a. Aliran Asosiasi
Perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena
pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang
menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin
sendiri yang menimbulkan reflektion.
b. Psikologi
Gestalt
Pertumbuhan adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia
dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian
dari lingkungan yang ada.
c. Aliran Sosiologi
Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses
perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi
tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari
sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk
sesamanya.
1.
Penekanan Pertumbuhan Diri
Penekanan Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
(keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif
secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
2.
Variasi dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan
penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang
menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu
mungkin terdapat di dalam atau mungkin di luar dirinya.
3.
Kondisi-Kondisi Untuk Bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau
konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek
perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi
tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara
tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang
yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai
dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat
diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang
penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan
gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian,
kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik. Di samping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah
juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik
hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang
baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh
seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
4.
Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia
kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang
mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda
dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14) Fenomenologi banyak
mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai Bapak
Psikologi Humanistik.
2. Stress
A.
Arti Penting
Stres
Stres merupakan suatu
kondisi anda yang dinamis saat seorang individu
dihadapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan
penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu
sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stres tidak selalu
buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki
nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai
contoh, banyak profesional memandang tekanan
berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang
menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari
pekerjaan mereka.
Stres
bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan,
atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan
kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang
menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres
tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa
stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya
dibanding stres hambatan.
B.
Tipe-Tipe
Stress
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress
psikologis yaitu:
a.
Frustasi
Muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai
suatu tujuan.Frustasi adaa yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan
usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,bencana
alam,kematian,pengangguran,perselingkuhan,dll)
b.
Konflik
Ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih
macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga
bagian yaitu approach-approach
conflict,approach-avoidant conflict,avoidant-avoidant conflict.
c.
Tekanan
Tekanan timbul dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
berasal dalam diri individu.Tekanan juga dapat berasal dari luar diri individu.
d.
Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi individu merasakan
kekhawatiran, kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak
terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
C. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress
Salah satu cara dalam menangani
stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui
bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya.
Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Melakukan
sugesti untuk diri sendiri, juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana
keadaan diri kita sendiri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara
ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada
Tuhan).
SUMBER :
Semiun, Yustinus.
2001. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
Kartono,
Kartini. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
id.wikipedia.org/wiki/Stres
Tidak ada komentar:
Posting Komentar